Selasa, 01 September 2009

PERANAN SENG TERHADAP PENURUNAN SISTEM IMUNITAS TUBUH SERTA KORELASINYA DENGAN PENYAKIT INFEKSI

Seng merupakan nutrien yang diperlukan tubuh dan memiliki peranan penting dalam nutrisi serta pemeliharaan kesehatan. Seng dibutuhkan agar sistem dalam tubuh kita memiliki fungsi yang normal. Hal ini disebabkan, seng berperan pada pertumbuhan dan diferensiasi sel dengan efek pada pertahanan antioksidan, sintesis kolagen serta berperan vital dalam keoptimalan fungsi dari sistem imunitas. Sejumlah besar enzim juga bergantung pada zink untuk aktivitas katalitik sebaga contoh: alcohol dehydrogenase; zinc containing metallo-enzymes seperti RNA polymerases, carbonic anhydrase, dan alkaline phosphatases).1

Defisiensi dari zink dapat menyebabkan terganggunya respon imun, terganggunya pertumbuhan dan lemahnya struktur kolagen dengan penyembuhan luka yang terlambat. Dalam kapasitas antioksidan, seng berkontribusi untuk melindungi sel dari radikal oksigen reaktif dan nitrogen reaktif yang diproduksi selama aktivasi sistem imun.1

Terganggunya respon imun akibat defisensi zink meliputi penurunan imunitas spesifik innate dan adaptif, penurunan produksi antibody, proliferasi limfosit sebagai respon untuk rangsangan mitogen dan penurunan rasio CD4+/CD8+.2,3 Imunitas non-spesifik (innate) merupakan lini pertama dari sistem pertahanan yang terganggu oleh perubahan konsentrasi zink. Penurunan seng menyebabkan terganggunya mediator selular dari imunitas non-spesifik (innate) seperti kemampuan fagositosis dari makrofag dan neutrofil, aktivitas Natural Killer Cell, tahap reaksi oksidatif dan aktivitas komplemen. Berdasar penelitian yang telah dilakukan secara in vitro dan dalam studi “Zinc-deficient”, seng memainkan peranan penting dalam cell-mediated dan imunitas humoral. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya lymphopenia., gangguan perkembangan sel-sel limfosit, penurunan proliferasi, peningkatan apoptosis, dan atrofi timus. Seng penting dalam pengikatan intraselular antara tyrosine kinase dengan reseptor sel T yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan aktivasi dari limfosit T. Seng juga merupakan kofaktor esensial bagi hormon thymulin yang dihasilkan timus, yang menginduksi beberapa sel T-marker dan meningkatkan fungsi sel T, termasuk sitotoksisitas alogenik, fungsi supresor dan produksi interleukin-2. Seng juga memodulasi produksi sitokin pada sel nuklear perifer darah dan menginduksi proliferasi dari CD8+ sel T.1

Respon imun yang terganggu menyebabkan terjadinya perubahan resistensi terhadap infeksi. Oleh karena itu diperlukan intake seng yang tetap karena seng tidak tersimpan di dalam tubuh. Studi NHANES III di US menunjukkan bahwa kelompok yang rentan mengalami inadekuat seng adalah anak-anak berumur 1-3 tahun, remaja putrid berumur 12-19 tahun dan usia lanjut > 71 tahun.1 Berdasarkan penelitian pada Wayne State University School of Medicine, ditemukan bahwa suplementasi seng dapat mengurangi infeksi pada orang berusia lebih dari 55 tahun.4,2 Sehubungan dengan penyakit infeksi, studi in vitro mengenai garam seng menunjukkan bahwa pada konsentrasi 0,1 mmol/l, akan memiliki properti antiviral dan menghambat replikasi dari rhinovirus. Efek seng pada replikasi rhinovirus berhubungan dengan konsentrasi ion Zn2+ dan tidak berhubungan dengan jumlah total dari seng. Efek Antiviral dari ion Zn2+ memiliki keefektifan yang sama dengan interferon. Penelitian yang dilakukan oleh Zinc Investigators’ Collaborative Group berhasil menemukan bahwa dengan intake seng 10-30 mg/hari dapat menjadi terapi adjuvan yang penting untuk mengobati terjadinya penyakit infeksi khsususnya infeksi diare pada anak-anak di negara berkembang.

DAFTAR PUSTAKA:

  1. Wintergerst E, Maggini S, Hornig D. Immune-Enhancing Role of Vitamin C and Zinc and Effect on Clinical Conditions. Annals of Nutrition and Metabolism 2006; 50:85-94. [terhubung berkala]. http://proquest.umi.com/pqdweb?index=0&did=995806001&SrchMode=1&sid=1&Fmt=6&VInst=PROD&VType=PQD&RQT=309&VName=PQD&TS=1199355234&clientId=55681. [3 Januari 2008].
  2. Hodkinson C, Kelly M, Alexander H, Bradbury I, et al. Effect of Zinc Supplementation on the Immune Status of Healthy Older Individuals Aged 55-70 Years: The ZENITH Study. The Journals of Gerontology: Series A : Biological sciences and medical sciences 2007; 62A:598-609. [terhubung berkala]. http://proquest.umi.com/pqdweb?index=15&did=1320107011&SrchMode=1&sid=4&Fmt=4&VInst=PROD&VType=PQD&RQT=309&VName=PQD&TS=1199352419&clientId=55681. [3 Januari 2008].
  3. Donabedian H. Nutritional Therapy and Infectious Diseases: a Two-Edged Sword. Nutrition Journal 2006; 5:21. [terhubung berkala]. http://www.nutritionj.com/content/5/1/21. [3 Januari 2008].
  4. Anonymous. Zinc Helps Ages 55-Plus Fight Infection. Tufts University Health & Nutrition Letter .Jun 2007: 25(8). [terhubung berkala].

http://proquest.umi.com/pqdweb?index=0&did=1282492151&SrchMode=1&sid=3&Fmt=3&VInst=PROD&VType=PQD&RQT=309&VName=PQD&TS=1199352031&clientId=55681. [3 Januari 2008].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar