Minggu, 09 Agustus 2009

Deteksi Partus Prematurus dengan Fetal Fibronectin

Kelahiran bayi prematur spontan terjadi sekitar 7-11% dari kehamilan dengan masa gestasi sebelum 37 minggu dan 3-4% dari kehamilan dengan masa gestasi sebelum 34 minggu. Hampir sebagian besar neonatus yang meninggal terjadi pada bayi yang lahir sebelum masa gestasi 34 minggu. Banyak dari bayi prematur yang bertahan hidup menderita morbiditas yang serius seperti bronchopulmonary dysplasia, intraventricular haemorrhage, retrolental fibroplasia, neurodevelopmental problems, dan gangguan kognitif. Terjadinya partus premature dapat disebabkan oleh 4 hal, yaitu: overdistensi dari membrane myometrial dan fetal yang berlebihan, pendarahan desidual, aktivasi endokrin fetal yang terlalu cepat dan infeksi pada intrauterine atau inflamasi.


Banyak cara untuk mendeteksi apakah akan terjadi partus premature atau tidak, yaitu dengan cara menggunakan satu atau kombinasi dari biomarker yang ada (sitokin, fetal fibronectin, IL, TNF, dll) dan pengukuran fisik (panjang serviks). Salah satunya adalah pemeriksaan biomarker “Fetal Fibronectin”. Pemeriksaan ini telah mulai dilakukan sebagai salah satu cara untuk memprediksikan terjadinya partus prematur sejak pertama kali digunakan oleh Lockwood dan rekan sekerjanya pada tahun 1991.


“Fetal Fibronectin” (fFN) adalah matriks glikoprotein ekstraselular yang terlokalisasi pada pertemuan dari maternal-fetal dari membran amnion, antara korion dan desidua dimana matriks ini terkonsentrasi pada daerah antara desidua dan trofoblas.. Pada kondisi normal, fFN ditemukan dalam kadar yang rendah dalam sekresi cervico-vaginal. fFN dihasilkan akibat terjadinya kerusakan mekanikal atau inflamasi pada membran atau plasenta sebelum kelahiran. Pemeriksaan fFN dilakukan dalam waktu 1 jam. Bahan yang digunakan untuk diperiksa adalah cairan serviko vaginal. Pemeriksaan ini diawali dengan meletakkan spekulum ke dalam vagina, lalu dengan menggunakan lidi kapas/Q tip/Dacron swab, diambil sekret serviko vaginal pada daerah forniks posterior vagina dan servik. Cara mengambilnya dengan memutar secara hati-hati Dacron swab tersebut pada daerah forniks posterior selama kurang lebih 10 detik agar cairan servikovaginal terabsorbsi. Sampel tersebut kemudian ditempatkan pada tabung yang berisi buffer. Namun, pemeriksaan ini dapat memberikan hasil palsu jika terjadi luka pada servik sebelumnya, seperti akibat koitus, pemeriksaan servik dengan jari, ultrasonografi vagina, kultur mikrobiologi sekret vagina atau pap smear. Pemeriksaan juga akan menjadi invalid jika swab terkontaminasi dengan pelicin, sabun atau desinfektan, karena dapat mempengaruhi reaksi antigen-antibodi.


Swab dari fFN dapat diambil dari ektocervix atau fornix vaginal posterior kemudian dicampurkan ke dalam enzim ELISA (Immunosorbent assay) yang berisi FDC-6 antibodi monoklonal dan selanjutnya dapat digunakan untuk mendeteksi fetal fibronectin. Cairan servikovaginal ini akan membentuk kompleks antigen antibodi setelah diinkubasikan ke dalam sumur plastic mikroliter yang pada dindingnya telah dilapisi dengan FDC-6 antibodi monoklonal. Kompleks ini kemudian dicuci untuk membuang materi yang tidak spesifik. Kompleks yang telah dicuci ini kemudian direaksikan dengan antibody human fibronectin yang telah dilabel dengan enzim, Setelah itu, dilakukan pencucian kembali untuk membuang antibodi berlabel yang tak terikat dan kemudian diinkubasi dengan substrat. Keberadaan fFN pada specimen ini ditentukan secara spektrofotometri dengan panjang gelombang 550nm. Hasil ini dapat mengindikasikan adanya kelahiran prematur spontan.

Penggunaan test ini ditujukan untuk ibu hamil dengan masa gestasi 24-35 minggu disertai gejala dan tanda partus prematurus, membran yang masih utuh dan dilatasi serviks kurang dari 3 cm. Gejala dan tanda dari partus prematurus adalah adanya kontraksi uterus, nyeri perut bagian bawah yang intermiten, nyeri punggung, rasa tekanan pada pelvis, perdarahan pervagina selama trimester kedua atau ketiga, kram intestinal, perubahan secret vagina, dan adanya perasaan khawatir/tidak nyaman.


Pemeriksaan fFN tidak bisa digunakan sebagai skrining terjadinya partus prematur. Pemeriksaan ini baru dapat dilakukan jika ada gejala dan tanda partus prematur seperti yang disebutkan diatas serta memang jika terdapat risiko tinggi untuk memungkinkan terjadinya partus prematurus. Pemeriksaan ini paling akurat dalam memprediksikan kelahiran prematur spontan ketika dilkukan dalam kurun waktu 7-10 hari setelah pemeriksaan pada wanita dengan gejala-gejala akan terjadinya kelahiran prematur sebelum adanya peningkatan dilatasi dari servik.


Daftar Pustaka:

Berghella V, Hayes E, Visintine J, Baxter JK. Fetal fibronectin testing for reducing the risk of preterm birth. Cochrane Database Syst Rev. 2008 Oct 8;(4):CD006843.

Dewi J, Rastini A. Fetal Fibronectin sebagai Prediktor Partus Prematurus. Cermin Dunia Kedokteran 2007; 34 (5). 245-248.

Honest H, Bachmann LM, Gupta JK, Kleijnen J, Khan KS. Accuracy of cervicovaginal fetal fibronectin test in predicting risk of spontaneous preterm birth: systematic review. BMJ 2002; 325(7359): 301.

Ting HS, Chin PS, Yeo GSH, Kwek K. Comparison of Bedside Test Kits for Prediction of Preterm Delivery: Phosphorylated Insulin-like Growth Factor Binding Protein-1 (pIGFBP-1)Test and Fetal Fibronectin Test. Ann Acad Med Singapore 2007;36:399-402.

Tribe RM. A translational approach to studying preterm labour. BMC Pregnancy Childbirth 2007; 7(Suppl 1): S8.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar